Kecerdasan seseorang dipengaruhi oleh faktor genetik dan
faktor lingkungan. Faktor genetik berkaitan dengan gen keturunan dari kedua
orangtuanya. Jadi, kecerdasan ibu bapaknya merupakan
modal dasar yang baik. Sementara faktor
lingkungan yaitu dengan memberikan lingkungan kondusif
dalam masa tumbuh kembang anak. Diantaranya dengan menciptakan suasana damai
dan penuh kasih sayang, saling menghargai, serta memberikan stimulus
(rangsangan) yang berkesinambungan.
Menurut
seorang ahli, Howard Gardner kecerdasan seseorang dalam memecahkan masalah,
meliputi unsur-unsur :
- kecerdasan matematika-logika yaitu
berpikir secara konseptual, menganalisa, mempelajari sebab akibat
terjadinya sesuatu.
- kecerdasan bahasa yaitu dalam
menggunakan dan mengolah bahasa/kata-kata sepeerti membaca, menulis
karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara dll.
- kecerdasan musical yaitu peka
terhadap suara-suara nonverbal di sekitarnya, termasuk dalam hal ini nada
irama.
- kecerdasan visual spasial yaitu
memahami tentang hubungan antara objek dan ruang, menciptakan
bentuk-bentuk tiga dimensi seperti seorang arsitek.
- kecerdasan kinestetik yaitu aktif
menggunakan bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan
memecahkan masalah. Misal anak yang unggul dalam olahraga, pandai acrobat,
sulap, menari.
- kecerdasan
interpersonal yaitu peka terhadap perasaan orang lain, mudah
bersosialisasi.
- kecerdasan
intrapersonal yaitu peka terhadap perasaan diri sendiri, mengenali
kelebihan dan kelemahan diri, melakukan introspeksi.
- kecerdasan
naturalis yaitu peka terhadap lingkungan alam, suka mengobservasi
lingkungan dan kejadian-kejadian alam.
Jadi kecerdasan bukan terbatas pada apa yang diukur oleh
beberapa test intelegensi yang sempit saja atau sekedar melihat prestasi anak
dalam ulangan atau ujian di sekolah.
Kemudian dikembangkan oleh ahli lain seperti Daniel
Goleman dengan teorinya Kecerdasan
Emosional yang antara lain meliputi :
- kemampuan
mengenali emosi diri.
- kemampuan
mengelola emosi
- kemampuan
memotivasi diri
- mengenali
emosi orang lain
- membina
hubungan
Anak yang cerdas emosi dapat dilihat dari kemampuan
bersosialisasinya. Mereka biasanya bisa berbagi, ramah pada orang, berani
menyapa, bisa bertoleransi, percaya diri dan bertanggungjawab.
Robert Coles tentang Kecerdasan
Moral yaitu kemampuan anak untuk bisa :
- menghargai
diri sendiri dan orang lain.
- memahami
perasaan terdalam orang-orang di sekitarnya
- mengikuti
aturan-aturan yang berlaku.
Danah Zohar dan Ian Marshal tentang Kecerdasan Spiritual (SQ) yaitu dapat
meningkatkan fungsi manusiawi seseorang sehingga membuat mereka menjadi
kreatif, luwes, berwawasan luas, spontan, dpt menghadapi perjuangan hidup,
menghadapi kecemasan, menjembatani antara diri sendiri dan orang lain serta
menjadi lebih cerdas secara spiritual dalam beragama.
Berkaitan dengan berbagai dimensi kecerdasan tersebut
di atas, bagaimana orangtua dan guru dapat merangsang, membangun dan
meningkatkan kecerdasan anak?
Bukan hal baru mungkin metode pendidikan sejak janin
dalam kandungan, dengan memberi stimulasi pada sel-sel otak janin. Yang lebih
popular di tengah masyarakat kita mungkin memperdengarkan musik klasik. Sebagai
generasi muslim kita tahu betul bahwa memperdengarkan AlQur’an, nasyid,
ceramah, tentu akan memberikan pengaruh yang lebih baik bagi bayi. Apalagi bila
ibunya sendiri yang membacanya.
Organ-organ tubuh janin menurut para ahli selesai terbentuk pada
usia 5 bulan dalam kandungan. Setelah masa itu, terjadi proses perkembangan
atau pematangan dari seluruh sel-sel organ yang telah terbentuk. Stimulasi pada janin paling tepat lewat
suara, karena sekitar usia 24 minggu kehamilan, organ telinga janin sudah
terbentuk dan berfungsi secara sempurna. Bersamaan dengan itu, di usia ini otak
janin pun sudah mampu menerjemahkan rangsang suara.
Jadi, kalau ibu hamil sering memperdengarkan bacaan Al Qur'an, bisa merangsang sel-sel otak janin sebelum lahir. Saat sudah lahir pun, saat ibu menyusui atau menimang anak, meski anak belum bisa berbicara, lantunan ayat Al Qur’an akan terekam dalam memorinya.
Stimulus
bacaan AlQur’an pada janin dalam kandungan efeknya bukan pada kapasitas dan
volume otak yang lebih besar, karena bagaimanapun volume otak sudah ditentukan
oleh gen masing-masing. Minimal, sel-sel otak sudah diberi stimulus sedini
mungkin hingga ia dapat bekerja lebih optimal.
Secara psikologis, seorang ibu yang membaca AlQur’an
tentu membuat suasana hati dan pikiran ibu menjadi lebih tenang dan khusyuk,
kondisi semacam ini jelas membantu perkembangan psikologis bayi.
Perlu diketahui bahwa masa kanak-kanak adalah masa meniru
dan memiliki daya inat yang luar biasa. Menurut seorang psikolog, dengan membiasakan
membaca Alquran pada anak atau membacakannya akan dapat membantu mengembangkan
kecerdasan anak, karena prosesnya memaksimalkan 3 wilayah otak sekaligus yaitu
:
- batang otak (yang mengatur aspek
psikomotorik).
- limbik (yang mengatur aspek
emosi).
- korteks (yang mengatur aspek
kognitif).
Dimana
ketiga bagian otak tersebut berfungsi dan berkembang seiring dengan proses
tumbuh kembang anak. Jika dijaga dengan benar semuanya akan berkembang dengan
baik. Jikka anak merasa terancam atau tidak nyaman, tidak mendapatkan stimulus
yang cukup, tidak ada contoh atau teladan yang baik, maka kecerdasan-kecerdasan
yang sudah dipupuk akan terhambat perkembangannya.
Tugas
kita semua, orang dewasa di sekitarnya untuk terus mengasuh dan mendidik
anak-anak kita, mendidik bersama Allah, selalu mohon petunjukNYA, belajar untuk
sabar dan ikhlas.
“ Sesungguhnya AlQur’an ini
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus dan memberikan kabar gembira pada
orang-orang mukmin yang mengerjakan amal sholeh bahwa bagi mereka pahala yang
besar.
” (QS. 17:9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar